Minggu, 19 Oktober 2008

Yang Murah Menghasilkan, Yang Mahal Dijarah

SORE itu, ketenangan Taman Sritanjung Banyuwangi mendadak terusik. Seorang pemuda asal Nganjuk bertindak nekat. Lelaki berusia 22 itu masuk ke dalam proyek mal pemkab Banyuwangi. Dia mencuri kabel di bangunan berlantai tiga tersebut sekitar pukul 16.00 Minggu (11/5) kemarin.
Rupanya, aksi pencurian tersebut dilakukan di tengah keramaian. Warga sekitar tengah asyik bermain layang-layang di lokasi itu. Melihat gelagat mencurigakan di dalam bangunan, kumpulan bocah yang bermain layang-layang itu segera lapor kepada warga sekitar. Warga kemudian menyerbu masuk ke bangunan mal yang memang tidak terjaga itu.
Benar saja, saat warga masuk pencuri kitu tengah asyik memilin kabel tembaga jarahannya. Warga yang emosi sempat nyaris memukul pemuda ini. Beruntung polisi berhasil meredam amuk warga dan mengamankan pelaku. Pemuda apes itu kemudian diperiksa secara intesif di ruang pemeriksaan Mapolsek Banyuwangi.
Berita ini cukup menggelitik kita. Bukan masalah pencurinya atau emosi warga yang menangkapnya. Ternyata proyek mal yang sudah hampir rampung itu sudah enam bulan tidak ada penjaganya. Tidak mengherankan kalau beberapa aset proyek itu jadi incaran maling. Tidak hanya kabel, kaca bangunan tersebut juga nyaris dipreteli orang iseng.
Kalau kita melihat lagi jauh ke belakang, proyek mal tersebut sudah menghabiskan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) belasan miliar rupiah. Proses pembangunannya juga makan waktu beberapa tahun lamanya.
Ini yang patut disesali. Sudah lama, mahal pula. Pakai uang rakyat lagi. Yang lebih menyedihkan, mal semegah itu ternyata belum memberi manfaat besar pada masyarakat.
Pasti ada yang salah dalam persoalan mal ini. Tapi, saling menyalahkan tidak akan menuntaskan masalah. Bahkan bisa jadi akan menambah problem baru.
Akan lebih bijak kalau kita belajar pada sektor swasta. Sepuluh tahun lalu, Kota Gandrung masih sepi. Selain terkendala aturan, investor yang membangun mal belum ada. Tapi kini, bermunculan pusat perbelanjaan, mal, grosir di Bumi Blambangan. Bahkan, ada yang masih dalam proses pembangunan.
Kalau para investor mal swasta itu mau blak-blakan, tentu akan membuat rakyat semakin sakit hati. Karena bukan mustahil kalau biaya pembangunan mal swasta itu sama dengan biaya pembangunan mal oleh pemkab. Bahkan bisa jadi, beberapa mal yang beroperasi saat ini, dulunya dibangun dengan biaya lebih murah dari pada biaya mal yang dibangun pemkab yang kini mangkrak itu.
Faktanya sekarang, mal yang menghabiskan belasan miliar uang rakyat itu mangkrak. Sudah mahal, dijarah pula. Sedangkan mal swasta malah menghasilkan banyak duit dan menyerap banyak tenaga kerja.
Namun sejauh ini, belum pernah ada berita yang menyatakan bahwa, pihak berwenang atas proyek itu yang merasa malu dengan mangkraknya proyek mal Banyuwangi. Juga belum pernah ada pihak berwenang yang merasa gerah dan tertampar, atas ‘kegagalan’ proyek mal. Kalau mereka tidak malu dan merasa tidak tertampar, berarti mereka cukup bangga dan bisa berdalih mal itu bermanfaat. Ya, paling tidak, mal itu kini sangat bermanfaat sebagai sasaran penjarahan kabel dan kaca bangunan. (*)

Tidak ada komentar: