Minggu, 19 Oktober 2008

Pilih Tiket Neraka atau Surga

Pasangan suami istri (pasutri) di Dusun Gontoran, Desa Rejosari, Kecamatan Glagah disidang tindak pidana ringan (tipiring) oleh Pengadilan Negeri Banyuwangi. Mereka dikenakan denda dan sebelumnya sempat menginap di Mapolsek Glagah.
Gara-garanya, pasutri itu menjual minuman keras (miras) dan diduga menyediakan tempat untuk mabuk-mabukan Anak Baru Gede (ABG). Menurut warga sekitar, warung tersebut sering dijadikan sebagai tempat transaksi seksual. Setelah mabuk berat, para cewek ABG di sana disabet pria hidung belang.
Terlepas benar atau tidaknya informasi warga itu, pada akhirnya sang pasutri harus menderita. Selain terpaksa menginap di mapolsek yang tidak nyaman, mereka juga harus duduk di kursi pesakitan pengadilan untuk menjalani sidang tipiring. Mungkin mereka juga harus menanggung malu menjalani semua itu. Belum lagi kerugian secara ekonomi, yakni membayar denda dan miras barang dagangan yang disita aparat.
Ongkos yang harus mereka bayar memang cukup mahal. Semua itu hanya gara-gara menjual miras. Apalagi, warga menuding kalau warung itu juga sering jadi tempat transaksi seksual. Dari sudut pandang agama, praktik seperti itu sama halnya dengan menjual tiket menuju neraka.
Di dunia saja, mereka harus menanggung kesusahan. Sederet penderitaan sudah dialami. Padahal, praktik mesum yang ditudingkan warga belum terbukti. Betapa susahnya penderitaan yang akan mereka hadapi di akhirat nanti. Sudah menderita, ongkosnya mahal pula.
Demikian halnya dengan klub-klub mesum yang menyajikan tontonan striptease (penari telanjang). Sudah tiketnya mahal, dampaknya juga buruk pada kesehatan serta kejiwaan konsumen. Belum lagi ancaman bubrahnya keharmonisan rumah tangga.
Akan sangat jauh berbeda, jika kita membeli tiket ke surga. Pintu-pintu tempat ibadah selalu terbuka lebar. Belum pernah ada yang menarik tiket masuk untuk beribadah ke masjid, gereja, pura, vihara atau tempat ibadah yang lainnya. Semuanya murah dan tidak dipungut biaya untuk meraih tiket menuju surga.
Memang hidup ini memberi kita banyak pilihan. Mau jalan sulit, atau jalan yang mudah. Pilih cara mahal atau cara bebas biaya, pilih menderita atau bahagia, pilih neraka atau surga dan seterusnya. Mau pilih jalan yang mana, semua kembali lagi pada diri kita masing-masing. (*)

Tidak ada komentar: