Minggu, 19 Oktober 2008

Memahami Karakter Selat Bali

MAHKAMAH Pelayaran (Mahpel) menorehkan sejarah di Bumi Blambangan. Untuk kali pertama, Mahpel menggelar sidang di Banyuwangi.
Mereka menyidangkan kasus tabrakan kapal yang terjadi di Selat Bali tanggal 10 Maret 2008 lalu. Tugboat Delta Ayu-5 menarik tongkang Bosowa-12 melintas di dekat Pelabuhan Tanjung Wangi. Rangkaian tongkang tersebut menabrak tanker MT Mundu milik Pertamina yang sedang lego jangkar.
Akibat tabrakan itu, tongkang Bosowa-12 nyaris tenggelam. Setelah bekerja keras untuk menepi, tongkang bermuatan semen itu akhirnya dikandaskan tidak jauh dari pelabuhan Tanjung Wangi.
Kasus ini akhirnya ditangani Mahpel. Untuk memudahkan menghadirkan para saksi, Mahpel yang berkantor di Jakarta mengalah dengan menggelar sidang di dekat lokasi kejadian. Akhirnya, ruang tunggu penumpang pelabuhan Tanjung Wangi akhirnya disulap jadi arena sidang profesi pelayaran.
Setelah mengikuti sidang profesi itu, ada hal yang patut dicermati. Mahpel mengambil kesimpulan sementara, tabrakan tersebut akibat faktor human error. Nakhoda tugboat dianggap tidak punya kecakapan karena menabrak tanker yang sedang lego jangkar.Nakhoda tugboat itu juga dianggap tidak menguasai kondisi Selat Bali.
Kalau kita melihat lagi ke belakang, tabrakan kapal itu terjadi karena arus Selat Bali sedang keras-kerasnya. Memang, nama Selat Bali sudah kondang di kalangan pelaut. Selat tersebut dikenal dengan karakter arusnya yang khas. Selain arus keras, arahnya dan polanya juga dikenal cukup unik. Ada arus atas dan ada juga arus bawah laut yang konon luar biasa kecepatannya.
Selama ini, sudah ada beberapa kali kejadian kapal tenggelam di Selat Bali dan sekitarnya. Musibah pernah menimpa kapal feri, kapal jenis landing craft machine hingga tugboat penarik tongkang batu bara saat melintas di perairan ini. Selama ini pula, kabar kejadian kapal tenggelam tidak pernah punya ending yang melegakan. Semua berita tentang kapal tenggelam di Selat Bali selalu berakhir dengan misteri. Selalu tersisa satu pertanyaan besar, di mana bangkai kapal-kapal yang tenggelam itu?
Rasanya, belum pernah ada bangkai kapal tenggelam yang berhasil diangkat dari Selat Bali. Apakah ini karena arus bawah yang kuat, sehingga menyeret bangkai kapal itu entah ke mana. Ataukah, bangkai kapal itu tak kuat ditarik dengan alasan biaya yang luar biasa mahalnya. Ya, ini mungkin satu lagi karakter Selat Bali yang khas. Selat Bali, selat di mana kapal tenggelam tak pernah kembali.(*)

Tidak ada komentar: