Senin, 20 Oktober 2008

Kontrol Sosial Peredam Kejahatan

Tindak kejahatan sudah tidak pandang bulu di sekitar kita. Aksi perampokan berlangsung pukul 11.00 siang hari sudah merambah Situbondo. Seperti yang dialami Syarif Habib, siswa SMA Negeri di Kota Santri dua hari lalu.
Remaja 16 tahun itu tak berdaya, setelah perutnya ditusuk sangkur oleh pelaku. Sepeda motor Honda Mega Pro nopol P 5778 EK milik Syarif diembat berikut STNK-nya. Ponsel HP Nokia 6600, helm, bahkan tas sekolah dan buku pelajaran juga diembatnya. Kejadian itu berlangsung di tempat ramai.
Memang, ulah pelaku ini memang keterlaluan. Korbannya pelajar, masih berseragam pula. Yang disikat pun termasuk buku dan tas sekolah korban. Barangkali, si perampok itu juga butuh sekolah lagi.
Terlepas dari semua kesadisan dan nekatnya pelaku, kejadian itu bukan semata kesalahan pelaku. Karena berdasarkan teori kriminologi, tindak kejahatan itu terjadi bukan karena niat si pelaku. Bang Napi juga berpesan, bahwa kejahatan itu bisa juga terjadi karena ada kesempatan.
Berbicara masalah peluang ini, kejadian perampokan tidak mungkin terjadi kalau korban tidak membawa sepeda motor kinyis-kinyis. Motor sport itu mungkin sangat menggoda hati pelaku untuk memilikinya. Demikian juga ponsel Nokia 6600 yang dibawa korban. Seandainya korban naik sepeda pancal atau skuter butut, sepertinya tidak mungkin pelaku merampasnya.
Namun, sangat tidak bijak kalau problem itu diakhiri dengan saling menyalahkan. Pelaku jelas salah, bertindak nekat terbujuk rayuan setan. Korban juga harus mawas diri, dengan tidak membuka kesempatan terjadinya tindak kejahatan. Dan yang paling penting, masyarakat tidak bisa melepas perannya begitu saja. Kontrol sosial sangat diperlukan dalam meredam semua gejolak di masyarakat.
Kepedulian terhadap lingkungan sekitar harus ditingkatkan. Ketika ada kejadian, masyarakat bisa langsung sigap merespons. Kalau sudah tercipta lingkungan dengan kontrol sosial yang kuat, penjahat akan berpikir tujuh kali sebelum beraksi di daerah itu.(*)

Tidak ada komentar: