Minggu, 19 Oktober 2008

Mimpi Menikmati Manisnya Duit Investor

Ada gula ada semut. Ada investor Pabrik Gula Terpadu (PGT), semut rakyat Banyuwangi pasti bergembira. Investor memang membawa duit yang rasanya manis. Manisnya duit investor itu, mungkin jauh lebih manis dari gula tebu.
Bayangkan kalau nanti PGT itu sudah berdiri di Bumi Blambangan ini. Pabrik gula canggih berteknologi tinggi itu, pasti akan sangat diperhitungkan industri gula nasional. PGT akan jadi pabrik terbesar di Pulau Jawa.
Dengan teknologi terkini, pabrik itu diperkirakan ‘hanya’ akan menampung 300 hingga 400 karyawan pabrik. Ini akan mengurangi sedikit jumlah pengangguran di Banyuwangi.
Tetapi, efek domino yang dihasilkan akan luar biasa. Belasan ribu warga Banyuwangi akan ikut merasakan denyut kehidupan yang dipompa pabrik tersebut. Akan ada banyak orang yang terlibat kegiatan ekonomi dari aktivitas industri tersebut.
Ratusan karyawan itu akan membutuhkan banyak kegiatan. Mereka butuh rumah, makan, pendidikan dan kesehatan serta bermacam kebutuhan lainnya untuk keluarganya.
Berarti ada peluang pembangunan perumahan untuk mereka. Akan ada banyak pekerja bidang bangunan yang mendapat job. Akan ada banyak warung dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan makan karyawan dan keluarganya. Akan butuh jalan bagus, jembatan dan infrastuktur lainnya. Akan butuh pasar sayur, butuh sekolah untuk pendidikan anak karyawan pabrik gula. Dan seterusnya, akan banyak kebutuhan dan butuh melibatkan banyak orang. Jika dihitung, akan ada ribuan orang yang bisa meraup manisnya duit investor.
Yang paling penting adalah akan ada banyak petani yang akan ikut menikmati manisnya duit investor. Ratusan pemilik lahan yang menanam tebu akan ikut berperan. Ribuan petani penggarap tebu akan mendapat pekerjaan. Ratusan sopir truk pengangkut tebu tidak lagi menganggur. Dan kalau diteruskan, jumlah orang yang terlibat kegiatan ekonomi ini akan sangat luar biasa.
Namun sayang, semua itu hanya mimpi. Sudah dua tahun warga Bumi Blambangan terbuai mimpi panjang tanpa jadi kenyataan. Padahal, konsorsium investor industri gula terpadu sudah siap sejak lama. Mereka mengaku sudah menyiapkan modal, menyiapkan mesin dan segala perlengkapannya. Namun mereka tak bisa mewujudkan mimpi itu karena terganjal masalah lahan. Duit sudah ada, tapi lahan belum tersedia.
Pada perkembangan terkini, Wakil Presiden RI seolah tak sabar sehingga perlu mengutus timnya untuk mengecek masalah ini. Namun, ini belum menjamin masalah lahan bisa teratasi. Haruskah rakyat dibiarkan bermimpi lebih lama lagi? (*)

Tidak ada komentar: