Minggu, 19 Oktober 2008

Swadaya Yes, Mengemis No!

SALUT untuk perjuangan warga Dusun Lidah, Desa Gambiran, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi. Ketika mereka sangat membutuhkan jembatan, warga tidak merengek kepada pemerintah untuk mendapat kucuran Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD).
Dengan kesadaran sendiri, warga Lidah membangun sendiri jembatan di kampungnya mulai kemarin. Padahal, biaya yang dibutuhkan tidak sedikit. Jembatan yang menghubungkan kampung Lidah Timur dan kampung Lidah Barat itu setidaknya butuh dana Rp 270 juta.
Seandainya seluruh warga Indonesia punya semangat kemandirian seperti warga Dusun Lidah, pasti program Bantuan Langsung Tunai (BLT) akan ditolak ramai-ramai oleh seluruh komponen masyarakat.
Memang, sejauh ini di Banyuwangi sudah kencang suara penolakan program BLT. Namun, esensi dari penolakan itu bukan mendasar pada penolakan duitnya. Yang getol menolak, utamanya adalah para perangkat desa.
Mereka menolak karena takut berbenturan dengan masyarakat. Sebab, data yang jadi acuan oleh pemerintah dalam menyalurkan BLT dinilai sudah kadaluarsa. Banyak yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini. dari pada berpotensi bentrok dan dikejar-kejar keluarga miskin yang tak kebagian BLT, lebih baik perangkat desa menolak. Alasan itu memang cukup manusiawi.
Tetapi pada dasarnya, mereka tetap mau menerima uang tunai dari pemerintah sebagai kompensasi dicabutnya subsidi bahan bakar minyak. Substansinya, masyarakat masih menikmati kucuran duit segar itu sambil menengadahkan tangan ke atas.
Bantuan tunai itu memang menyegarkan. Tetapi kalau kita gunakan ‘semangat kemandirian’ seperti yang dilakukan warga Dusun Lidah dalam membangun jembatan, bantuan tunai itu tak ada artinya. Kita tak bisa menepuk dada, karena menerima uang hasil welas kasih pemerintah.
Lebih bangga jika bisa membangun jembatan bambu dari hasil keringat sendiri. Lebih bangga jika bisa mendapat uang receh dari hasil jualan koran di lampu merah. Malu, kalau dapat uang receh dari hasil mengemis di lampu merah. Ingin pintar dan dapat segudang info dari koran serta membantu perekonomian loper, atau ingin meninabobokan pengemis, silakan direnungi dan diputuskan kalau berhentu di lampu merah. (*)

Tidak ada komentar: