Minggu, 19 Oktober 2008

Menguji Kesabaran dengan Gantole

KITA semua, warga Bumi Blambangan menyadari, betapa pentingnya peran sebuah lapangan terbang (lapter). Fasilitas ini akan menjadi pintu pembuka bagi daerah kita. Dengan adanya lapter, potensi daerah kita akan terkuak.
Ketika potensi itu dapat diolah menjadi sumber ekonomi, tentu dampaknya akan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Harapannya, akan banyak investor berdatangan ke Banyuwangi. Mereka bisa berinvestasi di daerah ini setelah melihat potensinya yang luar biasa kaya. Dengan begitu, akan banyak tenaga kerja yang terserap.
Kalau melihat efek dominonya, geliat ekonomi masyarakat akan ikut terdongkrak. Ujung-ujungnya, kesejahteraan yang kita impikan akan lebih mudah terwujud.
Tapi kalau melihat kondisi sekarang, apa mungkin ada investor mau datang? Misalnya saja, orang berduit dari Singapore, Jakarta, Malaysia, Kalimantan atau daerah lainnya. Ketika mereka tertarik untuk berinvestasi, mereka akan mikir dua kali untuk datang langsung ke Banyuwangi.
Untuk menuju Kota Gandrung, mereka cukup menempuh penerbangan paling lama dua jam dari daerah asalnya ke Surabaya atau Denpasar. Tapi dari Surabaya, mereka masih butuh perjalanan darat tujuh jam menuju Banyuwangi. Itupun, masih diwarnai dengan jalan rusak dan kemacetan. Namun semua kendala itu akan teratasi kalau lapter kebanggan kita bisa beroperasi.
Tetapi setelah menunggu sekian lama, lapter itu tak kunjung beroperasi. Saking lamanya tak beroperasi, lokasi itu kini malah dijadikan ajang latihan gantole oleh tim PON Jatim. Alasannya, mereka tak perlu sabar antre dengan pesawat lain saat berlatih di sini. Sebaliknya, kalau warga Banyuwangi tidak sabar lagi menunggu beroperasinya lapter, bisa-bisa mereka ramai-ramai beli gantole. Kalau ke Surabaya, cukup naik gantole. Lumayan untuk mengurangi stres akibat jalan rusak, sekalian memacu adrenalin. (*)

Tidak ada komentar: