Senin, 15 Juni 2009

Pemuda dan Maraknya Kasus Pembunuhan

DALAM waktu hampir bersamaan, polisi berhasil mengungkap dua kasus pembunuhan berencana. Keduanya juga melibatkan kalangan pemuda.

Kasus pertama terjadi di kebun tebu Dusun Resomulyo, Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng, Banyuwangi. Korbannya adalah I Putu Eggiyah, 16, warga Jimbaran, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Kasus ini sebenarnya sudah terjadi sekitar sebulan lalu.

Akibat tindakan sadis para pelakunya, wajah dan identitas korban nyaris sulit dikenali. Wajah pelajar asal Bali itu rusak dan dibakar.

Sebelum dihabisi, korban diperdayai dengan cara diajak minum-minuman keras (miras). Melihat korban mabuk, Dedy dibantu WY berusaha membunuhnya. Korban dipukul dengan benda keras hingga meninggal. Selanjutnya, korban diseret ke kebun tebu lalu dibakar dengan cara disiram bensin lebih dulu.

Setelah sekian lama, akhirnya polisi berhasil menguak identitas korban. Tak lama kemudian, para tersangka pembunuhnya juga berhasil diungkap.

Pelakunya ternyata dua orang. Mereka adalah Dedy Yanwar alias Kebo Hitam, 19, dan seorang remaja berusia 18 tahun berinisial WY. Dedy merupakan otak dan tersangka tewasnya Putu Eggiyah. Sedangkan WY yang diduga kabur ke Banjarmasin, Kalimantan, sudah dimasukkan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Pada perkembangan terkini, alamat WY di Banjarmasin sudah berhasil dikantongi polisi.

Sementara itu, kasus kedua terjadi di Dusun Tanjung Geger, Desa Tanjung Pecinan, Kecamatan Mangaran, Situbondo. Abdurahman, 24, pemuda desa setempat, ditemukan tak bernyawa tak jauh dari motornya di tepi jalan Dusun Tanjung Geger. Saat ditemukan, kondisi Abdurahman cukup parah. Awalnya, sempat muncul dugaan bahwa korban meninggal karena kecelakaan. Namun, fakta di tempat kejadian berbicara lain. Polisi menemukan sebatang kayu berukuran cukup besar, tak jauh dari mayat korban yang bulan depan rencananya akan naik ke pelaminan itu. Dia

Hanya dalam tempo delapan jam, polisi sudah berhasil mengendus pelakunya. Tersangkanya adalah Baihaki, 20, warga Desa Mangaran. Pemuda itu akhirnya diringkus saat hendak menyerahkan diri melalui Kantor Desa Mangaran.Hasil penyidikan sementara, motif pembunuhan adalah masalah cemburu.

Sementara itu, ada beberapa kesamaan pada dua kasus pembunuhan tersebut. Korbannya sama-sama pemuda yang masih masuk usia produktif. Para tersangkanya juga masih muda dan produktif. Yang membedakan adalah motif terjadinya pembunuhan itu.

Kasus pembunuhan di Mangaran, Situbondo sangat jelas bermotif asmara. Ini termasuk motif klasik dalam kasus pembunuhan. Sedangkan kasus di Genteng Wetan, ternyata bermotif ingin menguasai sepeda motor milik korban.

Aksi sesadis itu, yakni membakar korban di kebun tebu, ternyata ‘hanya’ bertujuan memiliki sepeda motor. Setelah dijual, motor itu laku Rp 2,5 juta. Bahkan ketika dibagi berdua, masing-masing pelaku mendapat bagian Rp 1 juta. Ya, dalam hal ini, betapa murahnya harga nyawa manusia. Padahal, sebagai pemuda, masa depan mereka masih sangat membentang jauh ke depan. Begitu pendek cara mereka mengambil keputusan. Entahlah, apakah ada yang salah dalam hal ini. Apakah sudah sedemikian luntur rasa perikemanusiaan di kalangan pemuda zaman sekarang. Inilah yang perlu kita kaji bersama, agar negeri ini tetap penuh berisi pemuda yang ulet, suka bekerja keras, teguh iman dan tidak berpikir pendek dalam bertindak. (*)

Tidak ada komentar: