Senin, 15 Juni 2009

Pengaruh Gaya Hidup Sinetron

ADA pernyataan menarik Psikolog Betty Kumala Febriyanti, yang menyikapi maraknya gaya berpacaran muda mudi zaman sekarang. Terlebih, kini semakin banyak remaja yang tak risih bermesraan di tempat terbuka.

Psikolog pada Pusat Kesehatan Jiwa Masyarakat dan Klinik Ketergantungan Obat (PKJM-KKO) di Kecamatan Licin itu menyatakan, banyak di sinetron yang mempertontonkan model masa kini dan gaya pacaran di tempat terbuka.

Analisis sang psikolog ini memang cukup realistis. Tak dapat dipungkiri, sinetron memang membawa pengaruh besar pada keluarga. Sinetron bisa langsung hadir tepat sasaran di dalam rumah jutaan keluarga di Indonesia.

Pemain sinetron yang ditampilkan kebanyakan adalah bintang idola. Wajah cantik dan bodi aduhai sang bintang selalu mendominasi di layar kaca. Belum lagi, ditampilkannya gaya hidup yang glamour dalam cerita sinetron.

Meski tidak semua sinetron menampilkan hal seperti itu, tetapi sebagian besar masyarakat akan ikut terbuai mimpi indahnya hidup dalam kemewahan dunia sinetron. Yang paling mudah kena pengaruh mimpi indah itu, tentu saja kalangan remaja.

Memang, masa remaja adalah masa ajang coba-coba. Rasa ingin tahu para remaja umumnya sangat tinggi. Apalagi, pergaulan saat ini sudah sangat meluas tidak hanya di lingkungan rumah dan sekolah, tetapi juga pergaulan di lingkungan luar.

Yang menyedihkan, cukup banyak remaja yang menganggap memadu kasih di tempat terbuka itu sebagai hal yang lumrah. Saat ini, semakin banyak remaja yang mengenal tempat maksiat, minum-minuman keras, merokok, dan bahkan narkoba.

Patut dicatat pula, remaja umumnya mencemaskan penampilan. Berlomba-lomba ingin mendapatkan cowok atau pun cewek, sang remaja ingin tampil trendi. Tak dapat dipungkiri pula, fenomena ini banyak dipengaruhi apa yang ada di televisi, khususnya sinetron.

Memang, sangat naif kalau televisi dan sinetron disalahkan sebagai satu-satunya pihak yang mengakibatkan merosotnya moral generasi muda saat ini. Karena kenyataannya, problem merosotnya moral remaja itu disebabkan banyak faktor. Mulai dari faktor kurangnya pengawaan orang tua, faktor pergaulan remaja itu sendiri, faktor pendidikan, faktor lingkungan serta faktor lainnya.

Karena ini, problem remaja ini butuh perhatian banyak pihak. Orang tua dan keluarga punya peran sangat besar dalam hal ini. Peran pendidik di sekolah juga tak kalah pentingnya, dalam mengajarkan remaja itu agar memahami diri serta agar mampu mengendalikan diri.

Selain itu, masyarakat juga ikut berperan dalam melakukan kontrol sosial. Pengawasan masyarakat akan menjadi filter terbaik dalam mencegah terjadinya tindak asusila. Kalau masyarakat sekitar tegas menerapkan norma, kalangan remaja tentu tidak akan berani berbuat macam-macam di tempat-tempat tersebut. (*)

Tidak ada komentar: