Senin, 15 Juni 2009

Longsor Jelang Musim Kemarau

MUSIM hujan sudah hampir berlalu. Musim kemarau sudah di depan mata. Hawa panas menyengat sudah terasa di jantung Kota Gandrung.

Tetapi di wilayah Kecamatan Glenmore, hujan masih belum beranjak pergi. Belakangan ini, hujan seakan tak berhenti mengguyur dataran tersebut. Guyuran hujan itu mengakibatkan gunung di Afdeling Muktisari, Perkebunan Kalirejo, Kecamatan Glenmore longsor pada Selasa malam (31/3).

Meski tidak menimbulkan korban jiwa, puluhan tanaman produktif milik perkebunan tertimbun lumpur dan bebatuan gunung. Bukan hanya itu, seratus lebih kepala keluarga (KK) yang tinggal di sisi selatan gunung juga nyaris terisolasi. Sebab, satu-satunya jalan telah tertutup lumpur dan bebatuan.

Setidaknya ada dua titik longsor di kawasan perkebunan tersebut. Kejadian longsor di dua lokasi itu juga dalam waktu hampir bersamaan. Dua titik longsor itu juga berpotensi menutup jalan yang menghubungkan ke arah permukiman ratusan KK. Seandainya terjadi longsor lagi, warga di selatan gunung itu hampir dipastikan akan terisolasi.

Betapa menderitanya warga kawasan itu jika sampai terisolasi. Mereka akan putus hubungan dengan dunia luar. Mereka tidak bisa berobat jika ada yang sakit. Anak-anak mereka juga tidak bisa sekolah. Jika stok makanan habis, ke mana lagi mereka akan makan. Sangat ironis jika di Bumi Indonesia ini masih ada yang terisolasi, meski negeri ini sudah 63 tahun merdeka.

Agar bencana itu benar-benar tidak terjadi, sudah selayaknya kita semua melakukan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan itu dilakukan untuk jangka pendek dan jangka panjang. Langkah jangka pendek bisa berupa perbaikan sarana dan prasarana jalan, serta langkah strategis lainnya. Semua itu bisa saja dilakukan oleh pemerintah setempat didukung pengelola perkebunan.

Untuk langkah antisipasi jangka panjang, perlu melibatkan seluruh komponen masyarakat. Langkah ini tidak lain adalah melakukan penghijauan kembali puncak gunung yang sudah gundul. Karena setelah ditelusuri, bagian atas gunung tersebut sudah tak hijau lagi.

Hampir semua pohon berukuran besar di gunung tersebut telah habis ditebang. Bentuknya tidak lagi seperti hutan yang berfungsi sebagai kawasan penyangga (buffer zone). Kawasan itu, kini tak ubahnya seperti tanah tegalan. Jika sewaktu-waktu diguyur hujan deras, tanah di atas gunung itu akan merosot, melibas dan menimbun apa saja yang ada di bawahnya.

Kini, sudah bukan lagi masanya untuk saling menyalahkan. Semua komponen harus bergandengan tangan, bekerja sama demi masa depan. Kalau masih cinta anak cucu, ayo menanam dan menghijaukan kembali gunung itu. (*)

Tidak ada komentar: