Rabu, 24 November 2010

Sejuta Alasan untuk Tanjung Wangi

ENTAH dalil apalagi yang nanti akan mengemuka untuk pelabuhan Tanjung Wangi. Status dan fungsi pelabuhan yang masuk wilayah Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi ini, seolah tak bisa beranjak.

Selalu banyak kendala agar kawasan tersebut bisa menjadi sebuah pelabuhan dengan terminal peti kemas. Hambatan dan rintangan seolah tak ada habisnya. Padahal, semua pihak sudah mengakui, bahwa potensi Tanjung Wangi sangat besar untuk berkembang dan maju.

Secara geografis dan dukungan faktor alam, pelabuhan ini secara teknis sangat layak untuk menjadi terminal peti kemas. Kondisi dasar laut di bawah dermaga cukup baik, karena kapal tak perlu waswas dengan adanya faktor sedimentasi (pendangkalan oleh endapan lumpur). Faktor suplai air bersih untuk kapal juga cukup memadai.

Sementara itu, faktor peranti hukum pendukung perkembangan pelabuhan Tanjung Wangi juga sudah ada. Pemprov Jawa Timur sudah mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) yang mengatur tentang lalu lintas kendaraan peti kemas. Kontainer yang posisinya berada di sebelah timur Probolinggo harus dikirim lewat Pelabuhan Tanjung Wangi.

Namun sayang, Pergub itu masih belum dipatuhi. Sebagian peti kemas masih tetap dikirim lewat pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Alasannya, Pergub itu harus didukung dengan rambu lalu lintas larangan untuk kontainer peti kemas. Padahal, penetapan rambu tersebut merupakan kewenangan Menteri Perhubungan melalui Dirjen Perhubungan Darat.

Kini, muncul lagi satu kendala terkait sulitnya Tanjung Wangi menjadi peti kemas. Kadishubkominfo Banyuwangi mengatakan, pengusaha di Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso, dan Situbondo lebih memilih pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Salah satu problemnya, pengusaha mengeluhkan persoalan infrastruktur jalan di hutan Baluran dan hutan Gunung Kumitir.

Masih haruskah kondisi jalan jadi alasan. Sebab selama ini, pengusaha dari Banyuwangi tentu juga mengirim kontainer peti kemas ke Surabaya. Ternyata mereka bisa lewan dan bisa sampai tujuan di Surabaya. Karena kalau tidak lewat jalur itu, mau lewat mana lagi? Masihkah kita menyalahkan kondisi jalan? Daripada sekadar mencari alasan, mungkin butuh niat baik dan kerja keras semua pihak untuk mewujudkan harapan berkembangnya pelabuhan ini. (*)

Tidak ada komentar: