Senin, 01 November 2010

Menggugah Keikhlasan Pelajar

BANYUWANGI tengah melaksanakan program program nasional imunisasi penyakit difteri. Imunisasi ini bertujuan untuk mencegah meluasnya serangan penyakit difteri. Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten dari sembilan daerah di wilayah Jawa Timur, yang mendapatkan program imunisasi ini.

Banyuwangi jadi sasaran program nasional ini, karena kawasan ini berpeluang terjadinya tren peningkatan difteri. Selama sepuluh hari dalam pekan ini, imunisasi tersebut serentak digelar di sekolah-sekolah. Sasarannya adalah siswa kelas tiga sekolah dasar, hingga siswa kelas IX sekolah menengah pertama.

Usia tersebut termasuk kelompok paling rentan serangan difteri pada saat ini. Sebenarnya, kelompok balita lebih rentan terhadap penyakit tersebut. Namun, karena kalangan balita sudah mendapat program imunisasi DPT (difteri, pertusi, tetanus) selama beberapa kali, tingkat kekebalannya dianggap cukup. Sedangkan siswa SD dan SMP, rentang waktu mereka menjalani imunisasi DPT sudah cukup lama sejak mereka masih balita. Karena itu, kelompok pelajar ini sangat rentan terinfeksi difteri.

Jika kita menoleh kabupaten tetangga, tepatnya di Desa Tamansari, Kecamatan Sumbermalang, Situbondo, kasus difteri pernah mengemuka bulan lalu. Sedikitnya sudah ada empat bocah setempat yang terserang penyakit yang menyerang pernapasan ini. Bahkan, satu di antara empat penderita tersebut harus kehilangan nyawanya. Bocah malang itu adalah Yusroniah, warga Desa Tamansari, Sumbermalang. Anak berumur 11 tahun itu meninggal dunia karena terlambat mendapatkan penanganan medis.

Penyakit difteri disebabkan oleh corynebacterium diphteriae, suatu bakteri gram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Sasaran awal adalah saluran pernapasan. Namun, jika tidak segera ditangani, penyakit itu akan menyebar ke seluruh jaringan sel tubuh sehingga sangat mematikan.

Kuman difteri ini sangat ganas dan mudah menular. Gejalanya adalah demam tinggi dan adanya selaput putih kotor pada tonsil (amandel) yang dengan cepat meluas dan menutupi jalan napas. Hal itu mengakibatkan kejang dan kaku Hal itu mengakibatkan kejang dan kaku. Hal itu mengakibatkan kejang dan kaku seluruh tubuh. Pertusis (batuk 100 hari) cukup parah bila menyerang anak balita, bahkan penyakit ini dapat menyebabkan kematian.

Salah satu cara paling efektif untuk mencegahnya, adalah dengan imunisasi. Berbeda dengan imunisasi balita, kesadaran sepenuhnya ada pada orang tua. Sedangkan untuk menggugah kesadaran di kalangan siswa SD dan SMP, memang butuh kerja keras. Untuk memberikan pemahaman pelajar tentang pentingnya hal ini, butuh partisipasi aktif semua komponen pendidikan. Tak hanya guru dan pengelola sekolah yang berperan. Karena itu, partisipasi aktif orang tua serta lingkungan pergaulan pelajar sangat diperlukan, untuk menggugah kesadaran pelajar agar rela diimunisasi. (*)

Tidak ada komentar: