Selasa, 15 Februari 2011

Pengolah Limbah Demi Anak Cucu

BERITA tentang kerusakan lingkungan di perairan Muncar semakin parah, sejatinya bukan kabar baru. Sudah beberapa kali, pemerintah pusat mengangkat tema kerusakan lingkungan laut tersebut.

Sudah banyak pihak yang berkompeten terkait masalah lingkungan, yang mengangkat isu tersebut. Tidak tanggung-tanggung, Menteri Lingkungan Hidup (LH) yang waktu itu dijabat oleh Rachmat Witoelar pernah datang ke Bumi Blambangan. Kedatangan Menteri beberapa tahun lalu seolah membawa angin segar. Betapa tidak, ketika itu seolah sudah terbangun komitmen untuk bertindak tegas demi menyelamatkan kawasan Muncar dari kerusakan lingkungan.

Namun apa yang terjadi? Setelah sekian tahun berjalan, ternyata belum ada tindakan riil dalam persoalan itu. Belum pernah kita dengar sebelumnya, misalnya industri yang ’nakal’ di Muncar ditutup oleh pemerintah karena membuang limbah dan membuat kerusakan lingkungan.

Kini, isu serupa kembali mengemuka di Bumi Blambangan tercinta. Kali ini, ada paparan hasil penelitian terbaru yang dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta. Yang memberikan paparan adalah auditor dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Jakarta. Dalam penelitian itu terungkap, tingkat pencemaran di Muncar sudah menjangkau kawasan perairan sejauh 200 meter hingga 350 meter dari bibir pantai.

Memang, tak dapat kita pungkiri bahwa masalah limbah industri di Muncar itu adalah problem tahunan. Masalah ini sudah terjadi puluhan tahun tanpa ada perubahan ke arah yang lebih baik. Penyelesaian kasus perusakan lingkungan di kawasan tersebut, seolah juga tak pernah selesai secara tuntas hingga tercabut ke akar-akarnya. Yang terjadi, seolah persoalan itu akan hilang secara perlahan seperti ditelan bumi. Seiring perjalanan waktu, masalah kerusakan lingkungan dan pencemaran akan tertutupi dan kalah oleh isu-isu lain.

Padahal, isu pencemaran lingkungan ini sejatinya merupakan problem krusial yang mampu menyentuh banyak sendi kehidupan di masa mendatang. Anak cucu kita dan generasi yang akan datanglah yang akan merasakan langsung dampaknya. Karena itu, penyelesaian masalah pencemaran harus dilakukan secara serius. Jangan pula silau dengan iming-iming dari pabrik yang akan menghalangi upaya penyelamatan lingkungan. Semua itu dilakukan dengan tegas, atas dasar niat yang kuat untuk menyelamatkan generasi penerus kita di masa mendatang.

Satu hal lagi, jangan pernah takut miskin, untuk membuat sarana pengolah limbah. Sebab jika dihitung, sedikitnya 90 pabrik sudah beroperasi menghasilkan rupiah entah berapa miliar atau bahkan triliun, selama puluhan tahun beroperasi di Muncar. Demi anak cucu kita serta bumi yang kita tinggali, tak akan rugi membuat sarana pengolah limbah mulai dari sekarang. (*)

Tidak ada komentar: