Rabu, 11 Agustus 2010

Mahalnya Memakai Mobil Tua

ISI koran Radar Banyuwangi edisi kemarin (20/7) masih didominasi dengan berita kejadian kecelakaan. Pada halaman utama, ada dua besar tentang berita kecelakaan lalu lintas.

Memang, dua kejadian laka lantas itu tidak sampai memakan korban jiwa. Namun, kedua kejadian itu berpotensi besar bisa mengakibatkan hilangnya nyawa orang dalam jumlah besar. Beruntung, dua kejadian laka lantas itu masih diwarnai dengan keajaiban.

Kejadian pertama terjadi di perempatan lampu merah Penataban, Kecamatan Giri. Truk tua bermuatan tebu terguling dan melintang di tengah jalan. Truk sarat muatan tebu yang melaju dari arah selatan itu lepas kendali setelah remnya blong. Truk itu juga nyaris menabrak sebuah warung. Secara kebetulan, tidak ada warga yang duduk di warung tersebut siang itu. Seandainya saja warung itu sedang banyak pengunjung seperti biasanya, bisa dibayangkan betapa mengerikan musibah yang terjadi.

Sementara itu kejadian kedua, adalah terjungkalnya mobil Sekolah Luar Biasa (SLB) Banjar, Kecamatan Licin. Sembilan siswa, satu wali murid dan seorang guru berhasil lolos dari maut. Meski mobil operasional sekolah yang ditumpangi nyungsep ke jurang, mereka semua selamat dan hanya mengalami luka ringan.

Memang kecelakaan mobil sekolah kali ini diwarnai banyak keberuntungan dan keajaiban. Ketika mobil melintasi tanjakan, tiba-tiba mesin mobil tersebut mati. Kendaraan pun mundur tak terkendali. Ketika sopir sudah banting setir dan posisi kepala mobil menghadap ke jurang, mesin mobil itu tiba-tiba hidup kemudian melaju dan akhirnya masuk jurang dengan posisi terjungkir.

Menilik dua kejadian tersebut, ada baiknya kita melihat lagi usia mobil. Kendaraan operasional SLB itu sudah berumur 19 tahun. Sedangkan, usia truk pengangkut tebu yang terguling itu lebih tua lagi, yakni lebih dari 20 tahun.

Harga mobil tua memang lebih murah. Tetapi bukan berarti memakai mobil tua itu juga murah dan hemat. Bahkan sebaliknya, bisa jadi penggunaan mobil tua lebih boros. Pengeluaran membengkak karena butuh BBM lebih banyak, harus sering servis karena mesin sering ngadat, juga banyak biaya pengeluaran tak terduga.

Bahkan mungkin juga, penggunanya terancam bangkrut jika kurang hati-hati. Karena lalai mengecek rem, truk tua itu akhirnya terguling. Pemilik mobil pun harus mengganti kerugian akibat kecelakaan. Nilai ganti rugi rusaknya prasarana umum akibat laka tersebut, mungkin jauh lebih besar dari nilai jual mobil itu sendiri. Nah, masihkah kita berpikir bahwa mengoperasikan mobil tua itu jauh lebih hemat? Semoga ini bisa jadi renungan kita bersama. (*)

Tidak ada komentar: