Rabu, 11 Agustus 2010

Mahalnya Emas, Murahnya Nyawa

Penambangan liar di Gunung Tumpang Pitu kembali makan korban. Seorang penambang liar asal Manado ditemukan tewas di sumur tambang di Petak 77 A, RPH Kesilirbaru, BKPH Sukamade, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran. Dia ditemukan tewas di dalam sumur tambang sedalam 25 meter. Setelah dievakuasi dan dibawa ke RSUD Genteng, akhirnya jenazah penambang emas itu dimakamkan di rumah kerabatnya di Kecamatan Genteng.

Selain penambang asal Manado itu, ada satu orang lagi yang mengalami kecelakaan di sumur tersebut. Dia adalah seorang anggota Polres Banyuwangi yang berpangkat Brigadir Kepala (Bripka). Meski selamatkan, polisi itu harus menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Al-Huda, Kecamatan Gambiran. Anggota polisi itu diduga terkena gas beracun di sumur tambang emas liar tersebut.

Sebenarnya, kawasan hutan di lereng Gunung Tumpang Pitu tersebut sudah pernah dirazia aparat gabungan. Ribuan penambang liar pun akhirnya ngacir. Mereka meninggalkan ratusan sumur sedalam puluhan meter di hutan tersebut.

Setelah sekian lama tak ada kabar, rupanya bekas sumur-sumur penambang liar itu kini mulai beroperasi lagi. Para penambang itu kembali berburu emas di sana. Mereka menggali lagi sumur yang diduga memiliki kandungan emas. Mereka harus menggali dengan kedalaman rata-rata 40 sampai 50 meter. Padahal, risiko yang harus ditanggung setiap penambang liar sangatlah besar. Ancaman gas beracun bisa terus menghantui. Belum lagi ancaman tanah longsor dan tertimbun di dalam sumur.

Karena aktivitasnya tak berizin, maka segala risiko harus ditanggung sendiri oleh penambang. Seolah-olah, nyawa mereka sangatlah tak berharga. Risiko besar itu tak sebanding dengan apa yang didapatkan. Modal dan tenaga sudah jelas dikuras, tetapi hasilnya masih gambling. Jika memang beruntung, mereka bisa membawa bijih emas yang mahal. Tetapi kalau lagi buntung, mungkin pulang tinggal nama. Semoga tidak ada lagi korban. Karena itu, semua pihak terkait dan aparat harus peduli dan mencegah musibah itu terulang lagi. (*)

Tidak ada komentar: