Rabu, 01 Juli 2009

Warning Satwa untuk Keseimbangan Alam

MASYARAKAT Situbondo tersentak dengan serangan monyet liar. Kera berukuran besar itu tinggal di perbukitan Pengkepeng, yang bersebelahan dengan permukiman perumahan Resettlement dan Tuna Karya di Kelurahan Mimbaan, Kecamatan Panji.

Monyet kelaparan itu semakin sering turun ke lereng gunung mendekati perumahan warga. Satwa itu tidak sekadar berkeliaran biasa. Tetapi, dia selalu mencari mangsa. Hingga kemarin, sedikitnya sudah ada enam warga yang terluka diserang monyet liar tersebut.

Ada seorang anak yang diserang saat bermain layang-layang. Ada juga seorang ibu rumah tangga yang kena gigit kakinya, saat sedang berdiam di dalam rumah. Dua balita juga digigit dan kena cakar wajahnya saat mandi.

Selain menyerang warga, hewan ternak dan piaraan warga juga kerap menjadi mangsa. Sudah ada beberapa kambing warga yang mati dianiaya monyet itu. Bahkan, monyet piaraan warga juga mengalami patah di kaki, serta luka di punggung karena bentrok dengan monyet kelaparan itu.

Monyet yang diduga tinggal dalam gua Karim di perbukitan Pengkepeng itu tak takut dengan warga yang sedang tangan kosong. Monyet itu selalu membuka mulutnya dan menunjukkan taringnya yang panjang.

Dari sudut pandang warga setempat, kejadian ini secara mikro merupakan salah satu bentuk teror yang nyata. Kehidupan mereka menjadi tidak tenang. Mereka selalu dihantui oleh rasa waswas setiap saat. Karena itu, persoalan itu akan selesai jika penyebab teror sudah musnah. Kalau saja monyet itu ditangkap atau diburu, apalagi mati, tentu masalah selesai.

Namun kita tidak bisa memandang persoalan itu dari sudut pandang yang sempit. Tak ada salahnya, problem ini dituntaskan dengan cara yang bijaksana dan dari sudut pandang yang luas. Sebab, alam ini memiliki prinsip keseimbangan. Ketika satwa mendadak turun gunung dan menyerang perkampungan, berarti ada yang tidak beres dalam habitat mereka. Ada yang mengusik mereka hingga akhirnya terpaksa keluar dari sarangnya.

Salah satu penyebabnya, kemungkinan besar adalah masalah kelaparan dan minimnya ketersediaan pakan alamiah di alam. Karena itu, tak ada salahnya kalau kita melihat kembali kondisi alam di sekitar perbukitan itu. Apakah masih sama kondisinya seperti sepuluh atau dua puluh tahun lalu. Apakah satwa itu yang nekat memasuki rumah kita? Ataukah sebaliknya, tanpa kita sadari, pembangunan perkampungan warga sejak lama menggusur habitat satwa itu. Sehingga saat satwa itu lapar, mereka bisa beringas dan menebar teror pada manusia. Yang jelas, kejadian ini merupakan peringatan pada kita semua. Betapa pentingnya peran manusia untuk tetap menjaga keseimbangan alam ini. (*)

Tidak ada komentar: