Rabu, 29 Juli 2009

Motif Beda, Metode Serupa

MASIH lekat dalam ingatan kita, kasus pembunuhan di kebun tebu Dusun Resomulyo, Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng, Banyuwangi. Korbannya I Putu Eggiyah, 16, warga Jimbaran, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.

Wajah pelajar asal Bali itu rusak dan dibakar. Sebelum dihabisi, korban diperdaya dengan cara diajak minum-minuman keras (miras). Setelah mabuk, korban dipukul dengan benda keras hingga meninggal. Selanjutnya, korban diseret ke kebun tebu lalu dibakar dengan cara disiram bensin lebih dulu. Setelah sekian lama, akhirnya polisi berhasil menguak identitas korban. Tak lama kemudian, para tersangka pembunuhnya juga berhasil diungkap.

Pelakunya ternyata dua orang. Mereka adalah Dedy Yanuar alias Kebo Hitam, 19, dan Wahyu, 18.

Sekitar sebulan kemudian, kejadian serupa juga terjadi di kebun tebu Desa Pakistaji, Kecamatan Kabat, Banyuwangi. Seorang pemuda ditemukan tewas mengenaskan dengan sekujur tubuh terbakar saat ditemukan di kebun tebu tersebut.

Sehari setelah ditemukan, polisi berhasil mengungkap identitas mayat tersebut (16/7). Korban adalah Subandi, 20, warga Dusun Meras, Desa Rogojampi, Kecamatan Rogojampi.

Tidak hanya berhasil mengungkap identitas korban, polisi juga berhasil mengungkap motif terbunuhnya Subandi. Ada bukti kuat bahwa meninggalnya Subandi itu karena dibunuh dengan cara dibakar.

Polisi juga sudah berhasil mendeteksi ciri-ciri pelaku. Saat kejadian, ada beberapa saksi yang melihat ada orang keluar dari kebun tebu dengan wajah terbakar. Kemungkinan besar, wajah pelaku itu terbakar setelah kena percikan api saat membakar korban.

Aksi pembunuhan itu diduga berlatar belakang asmara. Korban dan pelaku diduga terlibat cinta segi tiga dengan seorang gadis tetangga korban. Perkembangan terkini, pelaku pembunuhan itu sudah tertangkap kemarin.

Kalau kita kaji lebih dalam, memang tidak ada kaitan langsung antara kasus pembunuhan I Putu Eggiyah di Genteng, dengan kasus pembunuhan Subandi di Kabat. Motif kedua kasus pembunuhan ini berbeda. Eggy dibunuh karena pelaku ingin menguasai harta benda dan motor korban. Sedangkan Subandi dibunuh karena motif asmara.

Tetapi ada kesamaan metode dalam dua kasus tersebut. Korban sama-sama dihabisi dengan cara dibakar. Ini dilakukan pelaku, untuk menghilangkan identitas korban. Kesamaan lainnya adalah lokasi eksekusi pembunuhan yakni di tengah kebun tebu.

Belum jelas, apakah pelaku pembunuhan Subandi itu terinspirasi dengan kasus sebelumya di Kecamatan Genteng. Yang pasti, kejadian ini patut jadi renungan kita semua. Sebab, kedua kejadian ini sama-sama terjadi di tengah kebun tebu yang sepi. Mungkin, sangat perlu kita kaji kembali perlunya penataan kebun tebu.

Bagaimana caranya, supaya kondisi di dalam kebun tebu bisa lebih mudah dipantau masyarakat. Kalau memang diperlukan, kenapa tidak kita tingkatkan lagi pengamanan swakarsa oleh masyarakat? Karena dengan pengawasan masyarakat, seluruh lokasi sepi akan lebih mudah dipantau situasinya. Sekali lagi, kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat para pelakunya. Kejahatan juga bisa terjadi karena memang ada kesempatan untuk itu. (*)

Tidak ada komentar: