Senin, 15 Desember 2008

Orang Mati Pun Terusik

ADA satu lagi lokasi favorit para muda-mudi untuk pacaran. Lokasi itu bukan taman remaja, kawasan wisata, pantai, kafe atau pun sudut mal. Tempat pilihan untuk bermesaraan itu adalah kompleks Makam Tionghoa Tapak Lembu di Dusun Darungan, Desa Tegalarum, Kecamatan Sempu, Banyuwangi.
Kompleks pemakaman itu memang termasuk salah satu kuburan yang bersih di Bumi Blambangan. Untuk menuju ke lokasi pemakaman itu, akses jalannya juga memadai dan mudah dijangkau.
Memang, suasana di pemakaman itu sama sekali tidak mencekam, apalagi menyeramkan. Tempat peristirahatan terakhir itu memang cukup asri, terang dan bersih. Desian lokasi tersebut juga memungkinkan untuk membuat pengunjung nyaman. Ada tempat berteduh, gazebo dan ruas jalan berlapis paving yang tersusun rapi.
Logikanya, arsitek yang mendesain kompleks pemakaman itu berharap, tempat peristirahatan terakhir itu memberikan kesan damai. Memberikan kesan tenang, asri, sejuk dan bersih bagi ‘mereka’ yang bersemayam di sana.
Namun, tujuan membuat tempat peristirahatan yang tenang dan damai itu mulai sedikit terganggu. Rupanya, tempat yang asri dan bersih itu belakangan menjadi tempat favorit bagi muda-mudi untuk berpacaran. Bagi muda-mudi yang sedang dimbauk cinta, kawasan itu mungkin terlihat bak kawasan wisata yang layak dikunjungi.
Tentu saja, kehadiran mereka tak hanya mengusik aparat ketertiban dan warga sekitar. Kalau bisa ngomong, penghuni kuburan itu mungkin juga protes. Karena mereka yang maunya ingin beristirahat dengan tenang, menjadi terusik dengan adanya orang pacaran.
Kalau kita memandang lebih luas lagi, gangguan terhadap lokasi ketenangan istirahat ‘orang mati’ tak hanya terjadi di tempat tersebut. Lihat saja di kawasan pemakaman umum di sekitar kita. Banyak kawasan pemakaman umum yang sudah mulai terganggu dengan aktivitas manusia.
Ada beberapa kompleks makam yang ‘dipinjam’ warga menjadi tempat tambal ban, bengkel dan juga warung kopi. Bahkan, ada juga yang menjadikan kompleks pemakaman umum menjadi lokasi berjudi. Fenomena itu menujukkan, betapa sudah mulainya padatnya Bumi Blambangan ini. Tak hanya tempat umum yang banyak terganggu, tempat orang mati juga mulai tergusur.
Sebenarnya, masih banyak ruang di luar Pulau Jawa yang membutuhkan sentuhan tangan manusia. Dispenduk saja sering mendapat tawaran dari Provinsi Maluku utara untuk program transmigrasi. Dari pada mengganggu ketentraman orang hidup maupun ketenangan orang mati, sebaiknya mereka-mereka ini saja yang dikirim untuk bertransmigrasi. (*)

Tidak ada komentar: