Sabtu, 28 Februari 2009

Tidak PeDe dengan Jamu

BUMI BLAMBANGAN dikenal sebagai salah satu gudangnya pabrik jamu tradisional. Banyak produk jamu asal Kota Gandrung, yang sudah beredar luas secara nasional. Ada puluhan merk dagang jamu, dengan bermacam jenis dan bentuk produk yang dipasarkan.

Namun akhir-akhir ini, para peracik jamu mulai menyimpang dari pakem resep warisan leluhur. Jamu yang dulunya dikenal sangat dekat dengan alam, kini sudah banyak terkontaminasi. Bahan-bahan herbal serta aneka tumbuhan dari alam, mulai ditinggalkan oleh industri jamu di Bumi Blambangan.

Banyak bahan kimia yang digunakan sebagai campuran dalam meracik jamu. Obat-obatan juga banyak berperan dalam pembuatan jamu tersebut. Padahal, penggunaan zat adiktif, obat-obatan serta bahan kimia, sejatinya sudah diatur ketat oleh Departemen Kesehatan (Depkes) RI.

Dugaan terjadinya banyak pelanggaran aturan Depkes itu ternyata nyata adanya. Seperti yang terjadi saat petugas Satnarkoba Polres Banyuwangi menggerebek sebuah pabrik jamu di Dusun Sambirejo, Desa Sambimulyo, Kecamatan Purwoharjo Kamis lalu (5/2).

Dari lokasi tersebut, polisi mengamankan sedikitnya 11 dus jamu untuk penyakit flu tulang, 6 dus jamu asam urat dan segebok label jamu. Polisi juga menyita ratusan obat berbentuk pil dan obat cair. Pil dan cairan bahan kimia yang masuk daftar G itu, diduga sebagai bahan pembuat jamu. Bila ditaksir, omzet jamu yang mengandung obat daftar G tersebut mencapai nominal jutaan rupiah.

Pengungkapan masalah jamu tersebut bukan yang pertama dalam bulan ini. Sebelumnya, polisi juga berhasil mengamankan obat yang relatif sama dari seorang pedagang jamu di Kelurahan Panderejo, Kecamatan Banyuwangi.

Fenomena jamu campur obat yang muncul ini, mungkin hanya sebagian kecil yang tampak di permukaan. Ibarat fenomena gunung es, dasar gunung yang jauh lebih besar masih tidak tampak. Namun yang terjadi di masyarakat, mungkin sudah sedemikian banyaknya warga yang mengonsumsi jamu campur obat seperti ini.

Kondisi ini memang sangat memprihatinkan. Yang dirugikan bukan hanya kesehatan ribuan warga yang mengonsumsi jamu campur obat itu. Kenyataan ini akan membuat warga menjadi tidak percaya diri (pede) dengan jamu. Warga menjadi alergi dan ogah dengan jamu. Dengan begitu, dampaknya juga akan dirasakan pedagang jamu keliling. Selain itu, jamu sebagai warisan budaya adiluhung leluhur kita, juga terancam punah. (*)

Tidak ada komentar: