
NAMA Ponari mendadak populer. Setelah menemukan batu petir, siswa sekolah dasar di Balongsari, Jombang itu langsung jadi dukun tiban. Setiap hari, ribuan orang mendatanginya. Mereka berharap kesembuhan dari segala penyakit, setelah minum air yang telah dicelupkan batu petir milik Ponari.
Setiap warga yang datang, membayar uang karcis Rp 2.000 kepada panitia. Kini, uang karcis itu malah melonjak sampai Rp 5.000 per orang. Kabarnya, uang yang terkumpul itu sudah melebihi angka Rp 1 miliar.
Fenomena dukun tiban akhirnya kian meluas. Warga Jombang lainnya juga dikabarkan membuka praktik serupa. Slamet yang juga ayah Dewi Setiawati, warga Brodot, Jombang juga membuka praktik pengobatan serupa. Metodenya kurang lebih mirip dengan Ponari, yakni lewat air yang diberi bacaan tertentu. Meski akhirnya ditutup, pengobatan ini sempat menarik perhatian publik secara nasional. Bahkan, ada yang menyebutnya sebagai pesaing dukun tiban Ponari.
Sementara di Banyuwangi, warga juga sudah ramai-ramai mendatangi rumah Ahmad Ihsanuji alias Cak Mad, 32, di Kampung Bango, Dusun Kebondalem, Desa Kebondalem, Kecamatan Bangorejo. Cak Mad juga dikabarkan memiliki batu petir sepertinya halnya Ponari.
Pasien yang datang untuk berobat pada Cak Mad sudah mulai membeludak. Untuk bisa dilayani oleh Cak Mad, warga harus rela antre hingga selama beberapa jam.
Sementara itu di Bangkalan, Madura juga muncul bocah dukun tiban. Bocah itu adalah Irfan Maulana, 6, asal Kampung Baru, Desa Kamal, Bangkalan. Dia mengaku bermimpi kedatangan tiga pria memakai surban. Di dalam mimpi itu, seorang bersurban memberikan uang Rp 1.000 untuk membeli air mineral. Namun, uang yang diterima dalam mimpinya berubah menjadi batu hitam, dan pria dalam mimpinya itu berpesan agar batu itu dijadikan media untuk pengobatan segala macam penyakit. Irfan terbangun, di genggaman tangan kanan terdapat batu hitam. Cara pengobatan yang dilakukan oleh Irfan ini tidak jauh beda dengan apa yang dilakukan Ponari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar