Sabtu, 28 Februari 2009

Memajukan Desa Lewat Konser

SIAPA bilang masyarakat desa tidak mengenal konser? Memang, konser musik sejatinya bukan barang baru bagi masyarakat pedesaan. Sudah banyak konser yang dihelat di pedesaan. Bukan hanya desa yang sudah maju, warga desa pelosok pun sudah paham tentang konser musik sejak dulu.

Misalnya ketika ada hajatan pernikahan warga, khitanan, atau bahkan acara tujuh belasan setiap bulan Agustus. Pasti, suatu desa di Bumi Blambangan ini pernah menghelat konser musik. Apakah konser yang digelar itu memainkan jenis musik pop, rock, dangdut, keroncong atau bahkan musik gambus dengan irama padang pasir sekali pun.

Yang jelas, apa pun jenis musiknya, suatu desa di daerah ini hampir dipastikan sudah pernah jadi tempat konser musik. Tidak memandang level penyanyinya itu kelas nasional atau kelas tenda biru, yang pasti setiap desa hampir pasti pernah ada pentas musik semacam itu.

Nah, berbicara masalah pergelaran konser di desa, yang jadi gunjingan kali ini adalah Desa Karangbendo di Kecamatan Rogojampi. Desa tersebut menjadi tuan rumah pergelaran konser grup musik papan atas nasional. Band D’Massive tampil di Agrowisata Alam Indah Lestari (AIL) di Desa Karangbendo (15/2).

Band yang diawaki Rian Ekky Pradipta (vokal), Dwikky Aditya Marsall (gitar), Nurul Damar Ramadhan (gitar), Rayyi Kurniawan I.D (bass), Robby (keyboard), dan Wahyu Piadji (drum) mampu tampil memukau ribuan penggemarnya. Penonton yang didominasi kaum remaja itu datang dari berbagai penjuru kecamatan.

Demi menyaksikan band idola, mereka rela mendatangi Desa Karangbendo. Padahal, posisi desa tersebut tidak berada di ruas jalan poros antarkabupaten. Penonton konser harus melintasi jalan desa dengan kawasan pertanian sejauh beberapa kilometer.

Even semacam ini cukup berdampak pada warga sekitar. Tentu saja, dampaknya bisa positif dan ada juga dampak negatifnya. Paling tidak, ruas jalan menuju desa tersebut semakin ramai dilalui orang dan kendaraan. Kalau sudah ramai, jalan yang berkualitas seadanya itu, akan lebih cepat meningkat kelasnya.

Kalau sering dilewati orang, aspal jalan yang kerap mengelupas bisa saja segera diperhatikan pihak berwenang, lalu meningkat jadi hotmix. Dengan ramai orang lewat, kegiatan ekonomi warga juga bisa meningkat. Taraf ekonomi temilik warung, bengkel, toko, tambal ban, dan usaha rumah tangga lainnya sepanjang jalan itu akan lebih menggeliat.

Selain bermacam dampak positif, masyarakat sekitar juga perlu mewaspadai dampak negatif keramaian seperti itu. Banyaknya kendaraan yang melintas di kawasan sepi, juga berpotensi menimbulkan kerawanan keamanan. Selain itu, yang juga penting diperhatikan adalah pengaruh hura-hura dampak konser, terhadap mental spiritual generasi penerus. (*)

Tidak ada komentar: