Kamis, 03 September 2009

Mau Pakai Baju Bekas Impor?

KANTOR Bea Cukai Wilayah Jatim II membongkar pengiriman pakaian bekas impor di Pelabuhan Tanjung Wangi Banyuwangi Rabu sore kemarin (26/8). Pakaian bekas yang sering disebut babebo (baju bekas bos) itu diangkut kapal layar Motor (KLM) Jhonson. Ribuan bal pakaian bekas diamankan dari kapal tersebut.

Dari dokumen yang ada, kapal dan barang tersebut berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Pihak Bea Cukai menyatakan, jaringan penyelundup pakaian bekas impor itu kerap menggunakan modus pengiriman antarpulau.

Sementara itu, pemilik pakaian bekas tersebut justru melaporkan penggerebekan yang dilakukan petugas kantor Bea dan Cukai itu ke Polsek KPPP Tanjung Wangi. Pemilik merasa dirugikan dengan penggerebekan tersebut. Pemilik merasa, seluruh dokumen barang tersebut sah dan barang bukan berasal dari luar negeri.

Kedua belah pihak (baik Bea Cukai maupun sang pemilik babebo), merasa pihaknyalah yang paling benar. Namun, kita tidak perlu membahas, pihak mana yang paling benar dalam kejadian tersebut. Yang patut kita kaji mendalam adalah keberadaan barang bekas tersebut yang sedang singgah di Banyuwangi.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa produk pakaian bekas impor itu adalah komoditas yang dijual dengan harga sangat murah. Sasarannya adalah pangsa pasar masyarakat kelas bawah atau sedikit kelas menengah. Kehadiran babebo dari mancanegara sungguh menarik bagi kalangan bawah.
Namun, permasalahan yang terpenting bukan sekadar pakaian impor bekas itu sendiri. Tetapi efek berganda atas kehadirannya yang dapat menimbulkan dampak sangat negatif dan merugikan bagi perekonomian nasional.

Maraknya perdagangan pakaian bekas berharga murah, dapat mengancam kelangsungan usaha pedagang pakaian skala kecil dan menengah. Kenyataan ini berdampak buruk terhadap perekonomian nasional, karena mengganggu produktivitas industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri. Apalagi, jenis industri pakaian itu merupakan perusahaan yang padat karya. Ribuan atau bahkan ratusan ribu pekerja akan sangat bergantung pada industri ini.

Sehingga industri tekstil terancam mengalami pengurangan produksi. Pendapatan karyawan akan menurun karena pengurangan jam kerja. Bahkan, bukan mustahil terjadi pemutusan hubungan kerja. Lebih jauh, para pemodal yang sudah beroperasi di Indonesia, akan lari ke negara lain yang biaya produksinya lebih kompetitif.

Sementara pasar di dalam negeri yang kosong, segera dibanjiri oleh produk impor harganya lebih murah. Terlebih, pakaian bekas dapat dijual dengan harga murah, karena masuk tanpa membayar pajak Bea Masuk.
Selain itu, impor pakaian bekas sangat berpotensi menimbulkan problem kesehatan masyarakat.
Sebab, baju bekas itu berpotensi menjadi media penularan berbagai jenis virus penyakit. Tentu kita tidak tahu, siapa yang memakai baju itu sebelumnya. Apakah dia sehat ataukah dia menderita penyakit berbahaya. Karena itu, semua akan kembali pada diri kita masing-masing. Jika ingin perekonomian negeri ini terpuruk, dan kita tak peduli kesehatan diri sendiri, silakan pakai babebo sesuka Anda. (*)

Tidak ada komentar: