Selasa, 13 April 2010

Fakta Ponsel Seputar Unas

UJIAN nasional (Unas) tahun sudah hampir selesai. Untuk tingkat SMP, MTs, dan SMPLB, Unas memasuki hari terakhir pada hari ini. Pekan lalu, Unas tingkat SMA, SMK, dan MA juga sudah berlangsung lancar selama lima hari.

Namun ada beberapa catatan dan -jika perlu- beberapa fakta serta pernik kecil seputar Unas yang perlu dibeber kepada publik. Pernik kecil ini adalah ‘aroma ketidakjujuran’ terkait penggunaan telepon seluler (ponsel) dalam Unas.

Fakta pertama yakni Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dispendikpora) Banyuwangi selalu menyatakan bahwa pada pelaksanaan Unas kali ini menggunakan pengawasan berlapis. Ada pengawas silang antarsekolah dan juga pengawas independen dari perguruan tinggi. Semua pengawas diimbau untuk melarang peserta Unas membawa ponsel masuk ke ruangan. Bahkan, pengawas sendiri juga dilarang membawa ponsel saat bertugas di dalam ruang ujian. Jika ada yang melanggar, Dispendikpora mengancam akan memberi sanksi tegas.

Fakta kedua, Tim Pemantau Independen (TPI) menyatakan, secara teknis tidak terjadi pelanggaran dan kendala yang berarti pada Unas SLTA. Memang ada temuan, adanya pengawas yang masih membawa ponsel ke dalam ruangan. Padahal, TPI telah menyampaikan imbauan kepada para pengawas agar tidak membawa ponsel ke dalam ruang ujian saat Unas. TPI mengimbau kepada para pengawas, agar tak terulang lagi ponsel masuk ruang ujian.

Fakta ketiga, Unas SLTA masih diwarnai peredaran jawaban Unas lewat ponsel. Tetapi Dispendipora menegaskan, bahwa jawaban Unas yang beredar di ponsel itu menyesatkan. Selain itu, Dispendikpora dan Kepolisian menjamin bahwa soal Unas tidak bocor.

Dari beberapa kejadian itu, semua pihak seolah kompak dan dengan tegas melarang masuknya ponsel dalam ruang ujian Unas. Tetapi, apakah fakta yang terjadi di lapangan memang benar-benar seperti itu? Apakah semua warning, semua imbauan, semua ancaman berupa sanksi berat, serta semua pernyataan yang dilontarkan itu benar-benar dilaksanakan?

Semua fakta itu harus jadi bahan instrospeksi diri semua pihak. Kalau kita tidak ingin generasi penerus kita melakukan tindak korupsi di masa mendatang, cegahkan mereka berbuat curang dengan memakai ponsel saat ujian. Ciptakan siswa dan generasi penerus yang jujur. Jangan pula menutup mata dan sekadar memberikap lips service. Mulailah kejujuran itu dari diri kita, jangan ada lagi dusta. (*)

Tidak ada komentar: