Kamis, 06 November 2008

Mendongkrak Citra Biliar

PERMAINAN biliar kian menjamur di Bumi Blambangan. Tidak hanya warga kota yang memainkan olahraga bola sodok ini. Warga pelosok desa juga tidak asing dengan permainan ini.
Namun tak bisa dipungkiri, arena permainan biliar ini masih lekat dengan stigma negatif. Kegiatan ini sering dicap lekat dengan tindakan perjudian. Padahal, tidak semua penggemar bola sodok menyenangi judi. Bahkan, banyak pemain biliar yang benci dengan segala bentuk taruhan.
Belum lagi cap buruk yang sudah telanjur menempel dalam bisnis permainan biliar. Petugas penghitung skor (score girl), kerap dicitrakan negatif di mata masyarakat. Banyak yang menuding score girl itu sebagai gadis murahan yang ‘bisa dipakai’.
Padahal, score girl sejatinya termasuk kalangan pekerja keras. Mereka harus betah berdiri dan melek dalam mengamati dan menghitung skor permainan. Semua itu dilakukan demi membantu penghasilan keluarga, dengan tujuan mulia agar anaknya mendapat pendidikan yang lebih baik.
Alangkah bijaknya, jika kita tidak menggebyah uyah dalam memandang dan menilai mereka yang terlibat dalam bisnis bola sodok. Tidak dapat dipungkiri, memang ada oknum yang terlibat praktik judi serta menyerempet kegiatan prostitusi di dunia perbiliaran. Tetapi, masih banyak juga yang berprestasi dan memberikan manfaat baik.
Yang perlu dilakukan adalah mendongkrak kembali citra dunia biliar yang sudah terpuruk ini. Kita bisa meniru daerah tetangga, Bali. Ada yang mengelola binis biliar dengan profesional di Denpasar. Biliar dipadu dengan cafe, serta live musik. Dengan begitu, tidak hanya image olahraga biliar yang terdongkrak. Citra pengunjung dan pemainnya juga ikut terkatrol sebagai kaum yang lebih elegan dan tidak lagi urakan.(*)

Tidak ada komentar: