KAWAH Gunung Ijen memang diakui masih jadi pilihan favorit wisatawan mancanegara. Sudah dua bulan terakhir ini ratusan turis asing membanjiri lokasi wisata yang terletak di perbatasan Banyuwangi dan Bondowoso itu.
Kedatangan turis dari beberapa belahan bumi itu terlihat terus mengalir mulai pagi hingga sore. Setiap hari, puluhan turis asing sudah memadati wisata yang berada di ketinggian 2.380 meter di atas permukaan laut (dpl) itu.
Yang pasti, dalam sehari, jumlahnya mencapai puluhan orang. Mayoritas wisatawan yang datang berasal dari Prancis. Ada juga turis yang datang dari Belanda, Italia, Amerika, serta beberapa negara Eropa lain. Memang sudah jadi tradisi selama ini, kawah Gunung Ijen selalu ramai dikunjungi turis asing sejak bulan Juli hingga September. Masa tiga bulan tersebut merupakan peak season (masa puncak) kunjungan wisatawan asing di Kawah Ijen.
Selain itu, wisatawan lokal juga ikut membanjiri wisata yang memproduksi belerang secara tradisional tersebut. Warga dari beberapa
Sayangnya, daya tarik Kawah Ijen belum diimbangi dengan perbaikan sarana dan prasarana jalan oleh pemerintah. Kondisi jalan menuju Ijen dari arah Kecamatan Licin, Banyuwangi, sangat rusak. Saat ini, tidak semua kendaraan bisa naik ke Kawah Ijen. Pengunjung bisa mencapai base camp di Paltuding jika menggunakan kendaraan khusus yang biasanya dilengkapi fasilitas four wheel drive (4WD).
Beberapa tahun silam, semua jenis kendaraan masih bisa mencapai camp Paltuding. Namun, sejak kerusakan jalan tidak kunjung diperbaiki, tidak semua jenis kendaraan mampu menaklukkan jalan terjal tersebut. Meski kondisi jalan rusak, tapi pengunjung masih banyak yang menggunakan kendaraan keluarga. Hanya, mereka masuk ke Kawah Ijen melalui Kecamatan Sempol, Bondowoso. Dari arah Bondowoso, jalannya juga mengalami kerusakan. Namun, kondisi kerusakannya tidak separah jalur dari arah Banyuwangi.
Jika ditilik dari sudut pandang geografis, jalur jalan tersebut menghubungkan langsung (direct) Kabupaten Banyuwangi dengan Kabupaten Situbondo. Artinya, jalan yang menghubungkan dua kabupaten itu merupakan kelas jalan provinsi. Pemeliharaan jalan tersebut, tentu saja menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim). Mungkin saja, inilah kelas jalan provinsi yang paling terjal di Jawa Timur. Padahal, ruas jalan tersebut memiliki peran sentral dalam pengembangan dunia pariwisata di provinsi ini. Ya, semoga saja jalan terjal itu segera berubah menjadi lebih baik, sehingga bisa setara dengan kelas jalan provinsi lainnya di Jatim. (*)